Tuesday, August 18, 2015

LETAK KEKUATAN MUSLIMIN ITU PADA AQIDAHNYA


بسم الله الرحمن الرحيم
🔎LETAK KEKUATAN MUSLIMIN ITU PADA AQIDAHNYA
〰〰〰〰〰〰
❓Tanya:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustad, mohon dijelaskan "rasa takut" yg dimaksud dalam QS Ali Imron 151. Apakah rasa takut secara keseluruhan, takut thdp sesuatu benda, takut thdp suatu perbuatan dll
✅Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
💌Barakallahu fik, Ya Akhi Al Aziz, Takut di dalam ayat tersebut yaitu ayat Ali Imran 151,
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
✏Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.
dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir dan yang lainnya bahwa asbabun nuzul ayat tersebut, dikatakan oleh Imam as Sudy bahwa saat Abu Sufyan dan kaum musyrikin pada saat menuju ke mekah ketika itu mereka menyesal dan diturunkanlah rasa takut kepada mereka sehingga mereka kembali lagi tidak jadi menyerang kaum muslimin, dan ini termasuk keistimewaan yang diberikan Allah kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam sebagaimana ✏hadits :
‎أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَد قَبْلِي
“Diberikan padaku lima hal yang tidak diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku;
(diantaranya dari yang lima)
‎وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ عَلَى عَدُوِّي
✏Aku ditolong dengan ditimpakannya rasa takut dalam hati musuh-musuhku selama perjalanan satu bulan...
(HR. Al-Bukhari no.  335 Muslim no. 521dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ’anhu)
Akan tetapi kekhususan tersebut dapat hilang artinya rasa takut orang kafir itu bisa dihilangkan oleh Allah sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dalam 💧hadits berikut:
📌عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
✏Dari Tsauban ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hampir-hampir berbagai bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?" beliau menjawab: "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti
💦buih di genangan banjir. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut mereka kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn." Seseorang lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud 4297, Shohih, lihat Silsilah Ahaadits Ash-Shohihah no. 958)
Dari hadits diatas dapat kita fahami bahwa kekuatan umat Islam bukanlah terletak pada jumlah dan perbekalannya, atau pada artileri dan logistiknya. Akan tetapi kekuatannya terletak pada 💥AQIDAHNYA.
Seperti yang kita saksikan ketika beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab pertanyaan yang berkenan dengan jumlah, maka beliau jawab :
📌بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ
“Bahkan ketika itu kalian banyak sekali, akan tetapi kalian seperti 💦buih di atas aliran air”.
 Renungkanlah wahai saudaraku...
📌ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ - ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ - : ﻭﻛﻠﻤﺎ ﻗﻮﻱ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻓﻲ ﻗﻠﺐ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻗﻮﻱ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ﻭﻃﻤﺄﻧﻴﻨﺘﻪ ﻭﺗﻮﻛﻠﻪ ﻭﻳﻘﻴﻨﻪ؛ﻭﺍﻟﺨﻮﻑ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺼﻞ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻫﻮ ﺍﻟﺸﺮﻙ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ !
ﻗﺎﻝﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺳﻨﻠﻘﻲ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮﻭﺍ ﺍﻟﺮﻋﺐ ﺑﻤﺎ ﺃﺷﺮﻛﻮﺍ ﺑﺎﻟﻠﻪ " ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ" 35/28
✏Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah pernah berkata:
"Semakin kuat tauhid dalam hati seorang hamba, maka akan semakin kuat pula imannya, ketenangannya, tawakkalnya dan keyakinannya. Sedangkan rasa takut yang ada di hati-hati manusia adalah buah dari syirik yang ada di hati mereka.
Allah Taala berfirman: “Akan kami lemparkan dalam hati-hati orang-orang kafir rasa takut karena apa yang mereka perbuat dari syirik kepada Allah”
(Majmu’ Fatawa 35/28)
🔎Lihatlah sumber kekuatan kaum muslimin yaitu
🚨KEKUATAN AQIDAH TELAH LEMAH,
bahkan kebanyakan kaum muslimin
⛔BANYAK MELAKUKAN Berbagai KESYIRIKAN.
Belum ditambah lagi dengan
🚫JAUHNYA MEREKA dari sunnah Nabi Shallallahu’alaihi wassalam, dan
⛔JELEKNYA AKHLAK (sebagian dari) MEREKA yang begitu mendahulukan hawa nafsunya, dan
⛔JAUHNYA MEREKA dari ISTIGHFAR.
Ayo semangat belajar tentang Aqidah yang shohih. ..
Semoga Bermanfaat
🚰 Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
📚FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah💦
Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370

SAKIT YANG BAGAIMANA DI UZURKAN DARI KE MASJID?

بسم الله الرحمن الرحيم

PEGEL SEDIKIT?BOLEH NGGAK KE MASJID?

〰〰〰〰〰
��Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, udzur sakit yang  bagaimana  bagi seseorang laki laki untuk tidak sholat berjama’ah di masjid? apakah harus sakit yang parah ataukah hanya misal sakit perut atau pegel-pegel juga boleh?
〰〰〰〰〰
✅Jawab: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. ..Barakallahu fiik. ..yang dijawab pertama kali adalah pegel pegel linu linu. ...

Allah berfirman :

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut kesanggupanmu" (at-Taghabun ayat 16)

Kalau orang yang cuma pegel boleh nggak pergi ke masjid maka pastinya orang semacam Abdullah bin Ummi Maktum harusnya istirahat di rumah saja karena beliau buta dan klo jalan nggak ada yang menuntun bisa jadi ada bahaya yang ada di jalan menuju masjid...Namun beliau radhiyallahu anhu masih diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mendatangi masjid.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِى قَائِدٌ يَقُودُنِى إِلَى الْمَسْجِدِ. فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّىَ فِى بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ « هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ». فَقَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَأَجِبْ ».

”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat berjama'ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya,“Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab,”Ya”. Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.” (HR. Muslim no. 653 (255), An-Nasai no. 850)

Orang buta ini tidak dibolehkan shalat di rumah apabila dia mendengar adzan. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi panggilan adzan adalah dengan menghadiri shalat jama’ah dan ditegaskan kembali dalam hadits Ibnu Ummi Maktum radhiallahu’anhu, Dia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمَدِينَةَ كَثِيرَةُ الْهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-  أَتَسْمَعُ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَحَىَّ هَلاَ.

“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.” (HR. Abu Daud no. 553, An Nasai no. 851, al Hakim no. 901, Shohih Abi Dawud al Umm no. 562)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ»

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda “Barangsiapa yang mendengar Adzan dan dia tidak mendatanginya, maka tidak dianggap shalatnya melainkan apabila dia memiliki Udzur. (HR. Ibnu Majah no. 793, Al-Hakim no. 894, Shohih, Irwaul Ghalil 2/337)

Salah satu udzur itu adalah sakit. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:
والمريضُ: هو الذي اعتلَّتْ صحتُه، سواءٌ كانت في جزء مِن بدنِه، أو في جميع بدنِه. فمنِ اشتكى عينُه فهو مريضٌ، ومَن اشتكى إصبعُه فهو مريضٌ، ومَن أخذته الحُمَّى فهو مريضٌ. فإذاً؛ المرضُ اعتلالُ صحَّة البَدَن، سواءٌ كان ذلك كلياً، أم جزئياً. والاعتلالُ الجزئيُّ يكونُ منه الاعتلالُ الكُلّيُّ لقوله صلّى الله عليه وسلّم: «مثل المؤمنين في توادِّهم وتراحمهم وتعاطفهم كمثل الجسدِ الواحدِ إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائرُ الجسدِ بالسَّهَرِ والحُمَّى»[(508)].
Orang sakit itu adalah orang yang terganggu kesehatannya, baik sebagian badannya maupun seluruh badannya. Maka barangsiapa yang mengeluh pada matanya maka dia adalah orang sakit dan siapa yang mengeluh sakit jarinya maka dia orang sakit. Siapa yang terkena demam maka dia adalah orang sakit oleh karena itu orang sakit adalah orang yang terganggu kesehatan badannya baik seluruhnya ataupun sebagiannya. Gangguan sebagian tubuh itu bisa menjalar menjadi gangguan pada seluruh badannya sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam  (HR. Al-Bukhori no. 6011 dan Muslim no. 2586 66)) (Lihat Asy-Syarh al-Mumti’ Ala Zaad al-Mustaqni’ 4/324 cet. Daar Ibn Al-Jauzy th. 1428 H)

�� SAKIT YANG MENJADI UDZUR ADALAH:

الْمَرَضُ الَّذِي يَشُقُّ مَعَهُ الإْتْيَانُ إِلَى الْمَسْجِدِ لِصَلاَةِ الْجَمَاعَةِ

Sakit yang menjadikan orang tersebut payah tidak dapat mendatangi masjid untuk sholat berjama’ah (Lihat Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah 27/187)

قَال ابْنُ الْمُنْذِرِ: لاَ أَعْلَمُ خِلاَفًا بَيْنَ أَهْل الْعِلْمِ: أَنَّ لِلْمَرِيضِ أَنْ يَتَخَلَّفَ عَنِ الْجَمَاعَاتِ مِنْ أَجْل الْمَرَضِ، وَلِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا مَرِضَ تَخَلَّفَ عَنِ الْمَسْجِدِ وَقَال: مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَل بِالنَّاسِ ، وَمِنْ ذَلِكَ كِبَرُ السِّنِّ الَّذِي يَشُقُّ مَعَهُ الإْتْيَانُ إِلَى الْمَسْجِدِ .

Ibnul Mundziri (wafat th. 319 H) rahimahullah berkata, Aku tidak pernah mengetahui ada perbedaan pendapat diantara ulama bahwa bagi orang yang sakit untuk meninggalkan sholat jama’ah karena sebab sakitnya dan juga ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam jatuh sakit beliau meninggalkan shalat jama’ah (selama beberapa hari) di masjid dan berkata, “kalian perintahkanlah Abu Bakar agar dia shalat sebagai Imam bagi orang-orang.” (Hadits Riwayat Bukhari, no.  633 dan Muslim, no. 418). Hal itu karena sebab usia beliau shallallahu’alahi wasallam yang sudah tua yang menjadikannya berat untuk mendatangi masjid. (Lihat Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah 27/187-188)

Sehingga sakit perut masuk kedalam sakit yang menyebabkan kepayahan untuk mendatangi masjid.

Lalu ada pertanyaan, apakah orang yang pegel sedikit itu adalah orang yang SUDAH TUA sehingga tidak mampu untuk mendatangi masjid sebagaimana yang dialami oleh Nabi Shallallahu’alahi wassalam ?

Nah ini cuma pegel sedikit aja langsung bilang...

"AH AKU KAN PEGEL JADI SHOLAT DIRUMAH AJA DEH"...Allahu Akbar ...pegel masih bisa jalan klo diajak ke Mall? Pegel masih bisa diajak jalan ke Taman Mini?Pegel masih bisa jalan ke Restoran?sedangkan ketika diajak ke masjid..

"AH AKU NGGAK KUAAAT PEGEL BANGET NICH "...tentu saja itulah jawaban manakala seorang hamba dalam keadaan iman yang "merosot"...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ

“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)

✏Ibnul Mundziri  rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Ausath fis Sunan wal Ijma’ wal Ikhtilaf 4/134 no. 1896,

وَفِي اهْتِمَامِهِ بِأَنْ يُحَرِّقَ عَلَى قَوْمٍ تَخَلَّفُوا عَنِ الصَّلَاةِ بُيُوتَهُمْ أَبْيَنُ الْبَيَانِ عَلَى وُجُوبِ فَرْضِ الْجَمَاعَةِ

“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat berjamaah di masjid merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat berjamaah di masjid”

��Fawaid:
1⃣     Bersyukurlah bagi orang yang sehat dan kuat yang dapat mendatangi sholat berjama’ah di masjid
2⃣    Sakit yang menjadi udzur adalah sakit yang menghalangi atau menyebabkan sulit bagi seseorang  untuk mendatangi masjid seperti sakit perut, tua, dan yang lainnya.
3⃣    Udzur itu kalo memang ada maka itu adalah kemudahan yang diberikan kepada hamba-Nya namun kemudahan itu bukan dalam rangka bermaksiyat kepada Allah artinya mengada-adakan rukhshah yang diniatkan untuk mengindahkan kewajiban ibadah kepada Allah

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sungguh Allah menyukai dilaksanakan rukhshah (keringanan)-Nya, sebagaimana Dia membenci dilaksanakan maksiat kepada-Nya” (HR. Ahmad no. 5873 dan Ibnu Hibban no. 2742. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghalil 3/9 no. 564).
4⃣    Bila ada orang Pegel sedikit terus malas mendatangi masjid maka itu harus dievaluasi lagi “Apa saja maksiyat/kelalaian” yang telah dilakukannya? Karena kemaksiyatan itu menyebabkan orang menjadi lalai dan kelalaian itu menjadi orang malas untuk beribadah kepada Allah.
5⃣    Harus senantiasa berdoa kepada Allah seperti doa berikut :

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى ، وَ الْعَفَافَ ، وَ الْغِنَى

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/tidak baik) dan kecukupan.” (HR. Muslim 4/2087 no. 2721)

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya  Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu serta beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud no. 1522, Ahmad no. 22126, An-Nasa-i dalam As-Sunan al-Kubro no. 9857, Shohih Abi Dawud (Al- Um) no. 1362 . )

Semoga Bermanfaat
�� Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
��FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah��

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370

HADITS 403 BAB SOLAT MUSAFIR JIKA BERNIAT TINGGAL MENETAP

بسم الله الرحمن الرحيم
��Fawaid Ilmiyah -
��Al-Muwaththo Imam Malik - HADITS No. 403

��  بَابُ صَلَاةِ الْإِمَامِ إِذَا أَجْمَعَ مُكْثًا
��BAB Shalat musafir jika  berniat tinggal menetap

�� مِثْلُ صَلَاةِ الْمُقِيمِ إِلَّا أَنْ يَكُون
َ مُسَافِرًا
��Seperti sholatnya seorang muqim kecuali bila dia sedang menjadi musafir

⚠ 403 -  وَسُئِلَ مَالِكٌ عَنْ صَلَاةِ الْأَسِيرِ؟ فَقَالَ: «السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
��Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang Sholat al-Asiir (sholatnya seorang tawanan) ? kemudian beliau menjawab, “Seperti sholatnya seorang muqim kecuali dia menjadi musafir.”
��القول : صحيح
✏Derajat Perkataan : Shohih
��بالنسبة إلى السفر ليس له التحديد المعين و من حدّه بثلاث  أو أربع  أو بغيرهما  فكل ذلك الحوادث ليس المقصود منها التشريع ولكن مصادفة
✏Berkaitan dengan safar, tidak ada pembatasan tertentu dengan pembatasan kurun waktu seperti 3 hari, 4 hari atau selain keduanya, itu semua adalah peristiwa-peristiwa yang dimaksudkan untuk menjadikan syariat khusus berkaitan dengan safar namun hanya terjadi secara kebetulan (sesuai dengan kebutuhan orang yang safar dan itu dibuktikan dengan dalil yang berbeda-beda lafazh dan batasan waktu tentang hal tersebut)

��لما سئل مالك عن السؤال لأنه لما كتب الموطأ ذكر فيه وقد سئلتُ و لما جاء من نسخ النسخة مثل يحيى بن يحيى فتغير "سئلتُ " إلى "سئل " لأن المسؤول ليس بيحيى ولكن يعود إلى الإمام مالك وذلك ذكر ابن رشد    في كاتابه
✏Kenapa disebutkan disitu lafazh Su-ila Malik / ditanya Imam Malik tentang suatu pertanyaan hal itu karena ketika menulis kitab al-Muwaththo disebutkan di dalamnya – Qad Suiltu – aku pernah ditanya kemudian ketika datang orang yang mencatat kitab al-Muwaththo seperti Yahya bin Yahya al-Laitsi maka berubahlah dari SUILTU – aku pernah ditanya menjadi – Dia (Imam Malik) pernah ditanya, Hal tersebut karena yang ditanya tentang pertanyaan itu bukanlah Yahya namun kembali lagi kata gantinya kepada Imam Malik, (itulah) yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid.
��وقيل أن اللفظ سئل مالك مقصوده السؤال من ابن القاسم إلى الإمام مالك ولما نسخها يحيى و غيره فتغير سألتُ إلى سئل مالك
✏Ada juga yang berpendapat lain yaitu bahwa lafazh SU-ILA Malik – ditanya Imam Malik dimaksudkan dengan pertanyaan yang datang dari Ibnul Qaasim kepada Imam Malik dan ketika dinukil oleh Yahya bin Yahya dan juga selainnya, maka berubah pula lafazh SA-ALTU/Aku pernah bertanya menjadi lafazh SU-ILA MALIK /pernah ditanya Malik rahimahullah.

��قال الباجي في شرحه : وَأَمَّا الْأَسِيرُ فَإِنَّمَا مُقَامُهُ وَسَفَرُهُ بِاخْتِيَارِ مَنْ يَمْلِكُهُ فَكَانَتْ نِيَّتُهُ مُعْتَبَرَةً فِي إتْمَامِهِ وَقَصْرِهِ بِمَا يَظْهَرُ إلَيْهِ مِنْ أَمْرِهِ وَكَذَلِكَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ فِي بَلَدِ الْمُسْلِمِينَ.
��Al-Baaji (yaitu
سُلَيْمَانُ بْنُ خَلَفٍ الْبَاجِيُّ   -
Sulaiman bin Khalaf al-Baaji rahimahullah, wafat th.  474 H) dalam kitab syarahnya (Al-Muntaqa Syarah al-Muwaththo 1/266, cet. Daarul Kitab Al-Islami) berkata:
✏Sedangkan (bagi) tawanan maka muqim dan safarnya dia adalah tergantung pilihan dari orang yang menawannya maka niatnya untuk sholat dengan sempurna ataupun qashar dapat dianggap sesuai dengan apa yang nampak pada orang yang menawannya, demikian pula bagi seorang budak muslim di negara muslimin. (yaitu sesuai dengan apa yang nampak pada majikannya)  (NB: Budak di dunia ini masih ada salah satunya adalah di daerah Mauritania)
��و أيضا إذا سفر الإنسان إلى خارج بلده فأصيب بحوادث السيارات فهو   يبقى في المستشفى أو في السجن فعليه أن يقصر الصلاة أي مازال مسافرا حتى يرجع إلى بلده
✏Begitu juga bila seseorang sedang bersafar ke luar negerinya dan mendapatkan musibah dengan kecelakaan kendaraan maka bisa jadi dia akan menetap di rumah sakit ataupun di penjara maka boleh baginya untuk mengqashar sholatnya yaitu dia masih dianggap musafir sampai kembali ke negerinya.

��BERSAMBUNG KE HADITS 404 ������
〰〰〰〰〰〰〰
�� بَابُ صَلَاةِ الْمُسَافِرِ إِذَا كَانَ إِمَامًا أَوْ كَانَ وَرَاءَ إِمَامٍ
��Bab. Shalat musafir jika menjadi imam atau di belakang imam

Semoga Bermanfaat
�� Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
��FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah��

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370

ADZAN DAN IQAMAH BUAT WANITA

بسم الله الرحمن الرحيم
��ADZAN DAN IQAMAH BUAT WANITA?
〰〰〰〰〰〰��

❓Tanya:
Bismillah
Assalamu'alaikum warohmatullah wa barokatuh
Ustadz, mau bertanya,
" apakah anjuran adzan& iqomah ketika mau sholat( keadaan safar) berlaku untuk muslimah yg sholat sendiri ?
Jazaakallahu khoiran
✅Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Barakallahu fikum. ..
✏Adzan itu fardhu kifayah ...klo sudah ada laki laki yang adzan maka tidak perlu seorang muslimah untuk adzan karena tidak disyariatkan bagi wanita untuk adzan
Itu apabila dia sudah mendengar adzan dari seorang laki-laki.
(http://www.binbaz.org.sa/node/14504)
��  لكنها لا يشرع لها أذان ولا إقامة لعدم الدليل على ذلك.
✏Sebagaimana pendapat dari Syaikh Bin Baz rahimahullah :
Namun bagi wanita tidak disyariatkan bagi nya untuk adzan dan iqamah karena tidak ada dalil tentangnya.
��Namun disini terdapat penjelasan pula dari Syaikh Al-Albani rahimahullah tentang hal tersebut:
��ثم هذا الشعار لا يختص بصلاة الجماعة بل لكل مصل عليه أن يؤذن ويقيم لكن من كان في جماعة كفاه أذان المؤذن لها وإقامته ثم الظاهر أن النساء كالرجال لأنهن شقائق الرجال والأمر لهم أمر لهن ولم يرد ما ينتهض للحجة في عدم الوجوب عليهن فإن الوارد في ذلك في أسانيده متروكان لا يحل الاحتجاج بهم فإن ورد دليل يصلح لإخراجهن فذاك وإلا فهن كالرجال".
✏Syiar Adzan itu tidak khusus untuk sholat jamaah saja namun berlaku pada setiap tempat sholat untuk diadakan adzan dan iqamah. Bagi yang sholat berjamaah maka cukup baginya adzan an iqamahnya nya dari muadzin.
Dan yang nampak secara dhohirnya perempuan itu hukumnya seperti laki-laki karena perempuan adalah
Syaqaiq ar Rijaal - saudara kandung dari laki-laki dan perintah bagi laki laki adalah sama juga merupakan perintah bagi perempuan. Dan tidak ada hujjah yang bisa ditegakkan tentang tidak wajibnya adzan dan iqamah bagi wanita karena di dalam hadits yang berkaitan dengan hal tersebut mempunyai sanad yang di dalamnya ada dua orang perawi matruk  (ditinggalkan periwayatannya) tidak benar untuk berhujjah dengan dalil yang dhoif tersebut, maka apabila ada dalil yang shohih untuk mengeluarkan kewajiban bagi wanita beradzan dan iqamah,  namun karena tidak ada dalilnya maka hukumnya kembali pada hukum asal yaitu sama dengan yang berlaku pada laki-laki. (Tamamul Minnah Fit Ta’liq 'ala Fiqhis Sunnah 1/144 cet Dar Raayah )

��Sehingga dari dua pendapat tersebut kita bisa mengambil kesimpulan...
1⃣. Kalau telah dikumandangkan adzan oleh seorang laki-laki di masjid maka tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk adzan. Dan boleh hanya mengumandangkan iqamah dengan suara rendah.
2⃣.  Hukum yang ada pada laki-laki juga berlaku bagi wanita kecuali ada dalil yang mengkhususkan hanya bagi perempuan
3⃣.����������
��KETIKA TIDAK MENDENGAR ADZAN SAMA SEKALI BAIK MUKIM ATAU SAFAR MAKA BOLEH BAGI SEORANG PEREMPUAN UNTUK ADZAN DAN IQAMAH NAMUN SUARANYA HANYA UNTUK DIDENGAR OLEHNYA DAN WANITA YANG ADA DIDEKATNYA.
ini yang dijelaskan Syaikh Ali Salimin al-Katsiri hafizhahullah ketika beliau membahas adzan di kitab Al Muwaththo dan dita'kid lagi dengan admin telpon ke beliau hafizhahullah.
������������
4⃣. Islam itu memandang tinggi harkat dam martabat  seorang wanita, mereka itu dijaga, dihormati dan dilindungi dalam syariat Islam dengan keindahan dan keilmiyahan nya.
5⃣.  Adzan dan iqamah adalah syiar yang agung dari Islam. Maka orang tua harus mengajari anak-anaknya untuk melakukan adzan dan iqamah.

Semoga Bermanfaat
�� Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
��FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah��

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370

GROUP WHATSAPP

Daftar Beberapa Grup WA Bermanfaat untuk Belajar Ilmu Syar’i
1. Ta’awun Dakwah - Admin 0811 1377 787
2. BIAS - Admin 0822 2621 5000
3. MTDHK - Admin 0838 4863 4832
4. Ayo Berbagi Faedah - Admin 0815 6712 651
5. Suara Al Iman - Admin 0877 7000 0846
6. Tholabul Ilmi - Admin 0812 5330 488
7. DakwahIslam.net - Admin 0813 2226 9469
8. Islamidina - Admin 0877 8240 0868
9. Mulia dengan Sunnah - Admin 0897 2874 895
10. Syiar Tauhid - Admin 0812 8108 5959
11. Siaran - Admin 0857 7546 3505
12. Dakwah Jalyat Unaiza_indo - Admin 050 927 33 46
13. Belajar Islam Insentif - Admin 0853 9831 9697
14. Muslimafiyah.com - Admin 0895 0419 9027
15. Indonesia Bertauhid - Admin 0898 601 7070
16. PBS8 - Admin 0898 2282 284
17. Al Sofwa - Admin 0813 3363 3382
18. Markaz Dakwah - Admin 0811 444 792
19. Status Nasehat - Admin 0857 4354 9664
20. Seindah Sunnah - Admin 0853 1914 4749
21. Twit Ulama - Admin 0857 2682 1240
22. Silsilah Durus Linnisa – Admin 089688865305 (Khusus Akhwat)
*Untuk cara daftar Silakan Hubungi Adminnya (via WA bukan SMS)

KENAPA ADA ADZAN & IQAMAH KETIKA SAFAR?

بسم الله الرحمن الرحيم
��KENAPA ADA ADZAN & IQAMAH KETIKA SAFAR ?
〰〰〰〰〰〰〰

Allah berfirman :

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ
��“dan ini adalah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia” (QS. At Taubah: 3)

Barakallahu fikum, saudaraku inilah tuntunan indah nan ilmiyah dari Islam lewat petunjuk Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa ketika safar pun kita masih dianjurkan untuk melakukan adzan dan iqamah.

Berikut dalil-dalil tentang hal tersebut
��Hadits yang mulia:
��عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ، قَالَ: أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا، وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا، فَقَالَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ، وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ، فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ»
✏Dari Abi Sulaiman Malik bin Al Huwairits, beliau berkata : Kami mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama beberapa orang dari kerabatku, kemudian kami tinggal di sisinya selama 20 hari. Beliau (shallallahu’alaihi wasallam menduga bahwa kami merasa rindu kepada keluarga kami, dan beliau bertanya kepada kami dengan siapa keluarga kami dititipkan kemudian kami memberitahukan kepada beliau, Dan Beliau shallallahu’alaihi wasallam adalah pribadi yang lembut lagi penyayang, maka Beliau berkata : “Pulanglah kalian kepada keluarga kalian, dan ajarilah mereka (agama Islam) serta shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat. Apabila datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan lalu orang yang paling dituakan mengimami shalat kalian” (HR Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Adzan, Bab Bad’u Al Adzan, no. 6008)

✏Al-Imam Bukhari rahimahullah membuat judul untuk hadits di atas pada kitab Shohihnya, bab
الأذان للمسافر إذا كانوا جماعة والإقامة وكذلك بعرفة
“Azan dan Iqamat bagi Musafir Apabila Mereka Berjamaah dan demikian juga di Arofah”.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Syaikh Sholih al-Masy’ari hafizahullah ketika membahas Kitab Fathul Bari Syarah Shohih Al-Bukhori, bahwa
��“ققه البخاري في تبويبه “
✏Fiqih Imam al-Bukhori tercermin dari judul babnya.
Dan ini menunjukkan bahwa bagi musafir dianjurkan untuk  melakukan adzan dan iqamah.

�� Hadits yang mulia lainnya adalah:
��عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ (لَا يُؤَذَّنُ) لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ   فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ»
✏Dari Abi Darda’ radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada tiga orang di satu desa atau lembah (yang tidak ada adzan - riwayat Ahmad) dan tidak ditegakkan pada mereka shalat berjam’ah, kecuali setan telah menguasai mereka. Oleh karena itu tetaplah kalian (bersatu) dalam jama’ah karena sesungguhnya serigala itu hanya akan memakan kambing yang menyendiri. (HR. Abu Dawud no. 547, Ahmad, no. 21710, An-Nasaa-I no. 847,  Hadits Hasan, lihat Shohih Abi Dawud – Al- Umm no. 556)

��Dalil berikutnya adalah hadits yang mulia berikut:
��عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ فِي رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ، يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ، وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُؤَذِّنُ، وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ، يَخَافُ مِنِّي، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ "
✏Dari ‘Uqbah bin ‘Amir (radhiallahu’anhu), beliau berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
“Rabb kalian kagum terhadap seorang penggembala kambing yang berada di puncak bukit. Ia mengumandangkan azan dan melaksanakan shalat. Lalu Allah Shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman, ‘Lihatlah hamba- Ku ini. Ia mengumandangkan adzan dan melaksanakan shalat karena takut kepada-Ku. Sungguh, Aku telah memberikan ampunan untuknya dan Aku akan memasukkannya ke dalam surga’.”
(HR. Abu Dawud no. 1203, Ahmad no. 17312, At-Thobroni dalam al-Mu’jamul Kabiir no. 855, Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahaadits ash-Shahihah  no. 41).

✏Al-Imam Abu Dawud rahimahullah membuat judul untuk hadits di atas,

بَابُ الْأَذَانِ فِي السَّفَرِ
��“Bab Adzan ketika Safar."

✏Syaikh Al-Albani rahimahullah juga mengatakan di akhir hadits tersebut:
��وفي الحديث من الفقه استحباب الأذان لمن يصلي وحده، وبذلك ترجم له النسائي،
وقد جاء الأمر به وبالإقامة أيضا في بعض طرق حديث المسيء صلاته، فلا ينبغي التساهل بهما.
✏Dalam hadits tersebut terdapat pemahaman tentang Dianjurkannya Adzan bagi orang yang sholat sendirian dan demikianlah yang dicantumkan oleh Imam An-Nasa-i (dalam kitab sunannya), dan juga terdapat juga perintah untuk melakukan iqamah ( lihat penjelasan dibawahnya) di beberapa jalan dari hadits orang yang jelek sholatnya (terdapat dalam Shohih al-Bukhori no. 757 dan Muslim no. 397 serta yang lainnya. ) maka selayaknya tidak menganggap enteng tentang adzan dan iqamah.(selesai nukilan dari Syaikh Al-Albani rahimahullah)

✏Maksud perkataan Syaikh Al-Albani “di beberapa jalan dari hadits orang yang jelek sholatnya adalah: termaktub dalam hadits berikut:
��إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَتَوَضَّأْ   كَمَا أَمَرَكَ اللَّهُ، ثُمَّ تَشَهَّدْ، فَأَقِمْ ثُمَّ كَبِّرْ
✏Apabila engkau ingin melakukan sholat maka berwudhu’lah sebagaimana Allah telah perintahkan kepadamu, kemudian bertasyahudlah (membaca doa setelah wudhu), (setelah itu) maka kumandangkanlah iqamah dan bertakbirlah. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shohihnya no. 545, Isma’il bin Ja’far dalam kitabnya Hadits Ali bin Hujr as-Sa’di ‘An Isma’il bin Ja’far al-Madani 1/499)

��Syaikh Al Albani rahimahullah juga menjelaskan lebih detail lagi dalam kitab Tamamul Minnah:
��فإن القول بأن الأذان مندوب لا نشك مطلقا في بطلانه كيف وهو من أكبر الشعائر الإسلامية التي كان عليه الصلاة. والسلام إذا لم يسمعه في أرض قوم أتاهم ليغزوهم وأغار عليهم فإن سمعه فيهم كف عنهم كما ثبت في "الصحيحين" وغيرهما وقد ثبت الأمر به في غير ما حديث صحيح والوجوب يثبت بأقل من هذا فالحق أن الأذان فرض على الكفاية وهو الذي صححه شيخ الإسلام ابن تيمية في "الفتاوى" 1 / 67 - 68 و4 / 20 بل وعلى المنفرد
✏“Sungguh, pendapat yang menyatakan adzan hanyalah Sunnah jelas merupakan kekeliruan. Bagaimana bisa, padahal ia termasuk syi’ar Islam yang terbesar, yang jika Nabi shallallahu’alaihi wasallam tidak mendengarnya di negeri suatu kaum yang akan beliau perangi, maka beliau akan memerangi mereka. Jika mendengar adzan pada mereka, beliau menahan diri, sebagaimana telah diriwayatkan dalam Shahihain dan selainnya. Dan perintah adzan sudah ada dalam hadits shahih lainnya. Padahal hukum wajib dapat ditetapkan dengan dalil yang lebih rendah dari ini. MAKA YANG SHAHIH, adzan adalah fardhu kifayah, sebagaimana dirajihkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Fatawa (1/67-68 dan 4/20). Bahkan juga bagi seseorang yang shalat sendirian”. (Lihat Tamamul Minnah Fi Ta’liq ‘Ala Fiqhi As Sunnah, halaman 144, Cet. Th. 1409 H, Dar Raayah, Riyadh.)

✅FAWAID:
1⃣   Islam itu agama Indah dan Ilmiyah serta semua hal pernik-pernik kecil termasuk adzan dan iqamah dalam safar pun dijelaskan secara jelas dan gamblang
2⃣   Bagi yang safar dengan pesawat, kereta, dan kapal serta kendaraan lainnya tetap dianjurkan untuk mengumandangkan adzan dan iqamah.
3⃣    Adzan dan iqamah adalah syiar agama Islam yang agung, semestinya bagi setiap muslim untuk berani mengaplikasikannya baik ketika safar maupun mukim
4⃣ Orang yang sholat sendirian pun dianjurkan untuk melakukan adzan dan iqamah bukan hanya iqamah saja
5⃣  Orang yang telah mendengar adzan dari hp atau radio atau alarm tetap harus mengumandangkan adzan karena adzan yang didengarnya adalah rekaman.


Semoga Bermanfaat
�� Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
��FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah��

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370

UCAPKANLAH SALAM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
��UCAPKANLAH SALAM !!

Saudaraku yang semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan kepadamu. ..
��Simaklah nasehat ringkas namun terkadang kita lupa untuk mengamalkannya...
sebagaimana berikut:

قال عليه الصلاة والسلام كما في الحديث ودرجته حسن : السلام قبل السؤال فمن بدأكم بالسؤال قبل السلام فلا تجيبوه ] .
( حسن ). السلسلة الصحيحة
رقم الحديث: 816

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda sebagaimana di dalam hadits yang derajatnya hasan,
"(Hendaknya mengucapkan) As Salam sebelum pertanyaan maka barangsiapa dari kalian yang memulai pertanyaan tanpa as Salam (ucapan assalamualaikum ) maka janganlah kalian jawab." ��HADITS HASAN,
(HR. Ibnu 'Adiy dalam Al Kaamil 2/303 dari Sahabat Ibnu Umar radhiallahu anhuma. Lihat Silsilah Ahaadits as-Shohihah no 816.)

✅FAWAID
1⃣. Indahnya Islam itu karena senantiasa memulai dengan mendoakan kebaikan dan keselamatan kepada orang lain dan itu tercermin dari ucapan Salam kepada sesama muslim
2⃣. Hendaknya mendahulukan untuk mengucapkan salam yaitu sekurang kurangnya Assalamualaikum
3⃣. Hendaknya jangan bakhil pelit dalam mengucapkan serta menuliskan assalamualaikum yaitu tanpa di ringkas ASS wr wb atau sejenisnya

Semoga Bermanfaat
�� Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
��FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah��

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370